Happy Weekend sobat :)
kali ini mau bikin sejenis cerita pendek (non romance ya).
Tokoh Utamanya : Anna (Seorang anak Perempuan) dan Ayah.
Judulnya bikin minat buat baca ga sih?
moga ya wkwkkwk, cari judul itu jujur aja sulit, kaya nyari kamu wkwkwk.
-Sepertiga malam akhir & Tangis seorang Lelaki-
Anna seorang anak perempuan yang tengah menginjak usia 24 tahun, bukan lagi anak remaja mungkin apalagi anak kecil ya? tetapi berapapun angka (usia) seorang anak, tetaplah anak dimata sang Ayah Dan Ibu nya. Layaknya seorang manusia diusianya, kini Anna tengah mempersiapkan banyak hal dalam kehidupannya.
Semasa kecil Anna bukan anak yang pandai berekspresi, bahkan tidak jarang dia hanya memiliki beberapa orang teman dekat. Bagi sebagian teman seusianya Anna tidak asik, hidupnya terlalu serius dan tidak punya selera humor. Hal itu bukan masalah baginya, bahkan ia selalu cuek terhadap kritikan tersebut. Ada yang lebih penting yang harus dia emban (Iya Dia anak Perempuan sekaligus anak Sulung) yang selalu diragukan oleh sang Ayah.
Ayahnya selalu berfikir anak perempuan diposisi pertama itu tidak akan sekokoh anak laki-laki, tidak seperti kebanyakan anak-anak. Iya Anna berupaya menepis keraguan sang Ayah dan berusaha tampil, "ayah aku bisa sekokoh anak laki-laki" tekadnya hanya untuk mengambil hati sang ayah. Kerinduannya membuncah, ia ingin didekati ayah layaknya kedua adik lelakinya.
Sekuat apapun Anna tetaplah Anna, anak perempuan (yang dianugerahi mudah menangis). Anna tidak memiliki kemampuan untuk lebih bisa membendung airmatanya. hingga tiba saatnya Ia menginjak usia 18 tahun, kini impian besarnya terwujud. Sang Ayah dekat dengannya, bahkan Anna dijadikan tempat sharing sang Ayah setelah ibu. Goal yang selama ini ia nantikan, ia impikan. Moment diperhatikan dan dianggap ada oleh sang ayah kini tengah diraihnya.
Ketika usia 17 tahun, ia sempat berpikir akan sulit menemukan pria yang dapat memahaminya. Ia tidak pernah dekat dengan sosok sang ayah, bagaimana ia punya gambaran soal pria yang baik dan pantas. meski begitu Anna selalu berbesar hati dan melihat sisi baik dari sang ayah yang tidak pernah mau dekat dengan nya (ya, Ayah tangguh dan penuh tanggung jawab terhadap keluarganya). Banyak kerja keras dan upaya-upaya yang ayah lakukan untuk dia dan keluarganya.
Beruntung dan bersyukurlah Anna kini sosok yang ia dambakan telah lebih dekat dengan nya, banyak yang ia pelajari dari sosok sang ayah, dan kini Anna percaya diluar sana Anna akan temuka pria sebaik ayah, setangguh ayah dan penuh tanggung jawab seperti ayah.
percayanya kian tumbuh. Bisa dibilang Anna kini memasuki fase akhir Pendidikan S1 nya meski dikampus swasta yang tak bernama (sebagian berfikir apa tidak terlalu tua untuk usia 24 baru mau lulus S1?) bebas beropini. hhhheee ia bukan anak yang bisa mulus mengecam dunia Pendidikan, untuk melanjutkan kuliah ia perlu menundanya terlebihdahulu (kini banyak wanita muda dengan semangat juang yang tinggi lebih dari Anna). iya Anna kuliah sambil bekerja (tidur sembarangan, makan tak teratur, pakaian seadanya, ketinggalan mode, muka pas-pasan wkwkwk) agak kunolah ya,
terlepas dari itu hidup adalah pilihan. Jalan yang Anna pilih adalah jalan yang seperti itu, alhmdulillah Alakulihal semuanya dapat berjalan (meski tidak sering kelelahan sendiri) dan hasil kuliah yang tidak masksimal.
Menjelang hari-hari wisudanya, di sepertiga malam akhir Anna tersentak kaget. Ada suara isak lirih yang seperti ditahan, tetapi tak terbendung, dengan pelan Anna coba memicingkan pendengarannya.
itu suara isak ayah "ayah menangis" mata Anna terbelalak kaget, bingung dan lemas, kenapakah gerang sang ayah sampai menangis? seberat itukah dukanya? Anna terduduk lesu, iya Ayah selama 24 tahun ini tidak pernah menitikan air mata. Tidak pernah berkeluh kesah soal luapan perasaannya, sosok yang hebat bukan? padahal dimata anak-anaknya ayah adalah sesosok orang galak, tidak berperasaan, suka marah-marah. Benarlah kalimat "Gentel man" itu ditujukkan pada Pria, iya termasuk ayah. Hatinya lembut, perasaanya lembut, tetapi pandai menyembunyikan perasaannya sendirian. Berbeda dengan wanita yang dengan mudah meluapkan isi perasaannya.
Kini tugas Anna menanyakan ke Ayah, kenapa beliau sampai menangis. Tetapi langkahnya tertahan, Anna merasa tak pantas dan malu menanyakannya (Bukankah harusnya Anna memahami beliau tanpa banyak tanya?) bukankah ayah juga ingin dimengerti?
Benar Seringkali Ayah diam dalam duka/luka/masalah/kesedihan/kepedihan, agar dia dapat terlihat berwibawa dan tidak membuat khawatir anak-istrinya. Sayangilah ayah, pahamilah ia. Dia pun adalah sesosok ciptaanNYA yang butuh dimengerti dan dipahami dengan hati.
Terimakasih kepada ayah atas semua jasa mu, kami anakmu tidak dapat membalas semua kebaikan mu. We love you Ayah, sosok sederhana yang terama membanggakan.
mynotetrip
kali ini mau bikin sejenis cerita pendek (non romance ya).
Tokoh Utamanya : Anna (Seorang anak Perempuan) dan Ayah.
Judulnya bikin minat buat baca ga sih?
moga ya wkwkkwk, cari judul itu jujur aja sulit, kaya nyari kamu wkwkwk.
-Sepertiga malam akhir & Tangis seorang Lelaki-
Anna seorang anak perempuan yang tengah menginjak usia 24 tahun, bukan lagi anak remaja mungkin apalagi anak kecil ya? tetapi berapapun angka (usia) seorang anak, tetaplah anak dimata sang Ayah Dan Ibu nya. Layaknya seorang manusia diusianya, kini Anna tengah mempersiapkan banyak hal dalam kehidupannya.
Semasa kecil Anna bukan anak yang pandai berekspresi, bahkan tidak jarang dia hanya memiliki beberapa orang teman dekat. Bagi sebagian teman seusianya Anna tidak asik, hidupnya terlalu serius dan tidak punya selera humor. Hal itu bukan masalah baginya, bahkan ia selalu cuek terhadap kritikan tersebut. Ada yang lebih penting yang harus dia emban (Iya Dia anak Perempuan sekaligus anak Sulung) yang selalu diragukan oleh sang Ayah.
Ayahnya selalu berfikir anak perempuan diposisi pertama itu tidak akan sekokoh anak laki-laki, tidak seperti kebanyakan anak-anak. Iya Anna berupaya menepis keraguan sang Ayah dan berusaha tampil, "ayah aku bisa sekokoh anak laki-laki" tekadnya hanya untuk mengambil hati sang ayah. Kerinduannya membuncah, ia ingin didekati ayah layaknya kedua adik lelakinya.
Sekuat apapun Anna tetaplah Anna, anak perempuan (yang dianugerahi mudah menangis). Anna tidak memiliki kemampuan untuk lebih bisa membendung airmatanya. hingga tiba saatnya Ia menginjak usia 18 tahun, kini impian besarnya terwujud. Sang Ayah dekat dengannya, bahkan Anna dijadikan tempat sharing sang Ayah setelah ibu. Goal yang selama ini ia nantikan, ia impikan. Moment diperhatikan dan dianggap ada oleh sang ayah kini tengah diraihnya.
Ketika usia 17 tahun, ia sempat berpikir akan sulit menemukan pria yang dapat memahaminya. Ia tidak pernah dekat dengan sosok sang ayah, bagaimana ia punya gambaran soal pria yang baik dan pantas. meski begitu Anna selalu berbesar hati dan melihat sisi baik dari sang ayah yang tidak pernah mau dekat dengan nya (ya, Ayah tangguh dan penuh tanggung jawab terhadap keluarganya). Banyak kerja keras dan upaya-upaya yang ayah lakukan untuk dia dan keluarganya.
Beruntung dan bersyukurlah Anna kini sosok yang ia dambakan telah lebih dekat dengan nya, banyak yang ia pelajari dari sosok sang ayah, dan kini Anna percaya diluar sana Anna akan temuka pria sebaik ayah, setangguh ayah dan penuh tanggung jawab seperti ayah.
percayanya kian tumbuh. Bisa dibilang Anna kini memasuki fase akhir Pendidikan S1 nya meski dikampus swasta yang tak bernama (sebagian berfikir apa tidak terlalu tua untuk usia 24 baru mau lulus S1?) bebas beropini. hhhheee ia bukan anak yang bisa mulus mengecam dunia Pendidikan, untuk melanjutkan kuliah ia perlu menundanya terlebihdahulu (kini banyak wanita muda dengan semangat juang yang tinggi lebih dari Anna). iya Anna kuliah sambil bekerja (tidur sembarangan, makan tak teratur, pakaian seadanya, ketinggalan mode, muka pas-pasan wkwkwk) agak kunolah ya,
terlepas dari itu hidup adalah pilihan. Jalan yang Anna pilih adalah jalan yang seperti itu, alhmdulillah Alakulihal semuanya dapat berjalan (meski tidak sering kelelahan sendiri) dan hasil kuliah yang tidak masksimal.
Menjelang hari-hari wisudanya, di sepertiga malam akhir Anna tersentak kaget. Ada suara isak lirih yang seperti ditahan, tetapi tak terbendung, dengan pelan Anna coba memicingkan pendengarannya.
itu suara isak ayah "ayah menangis" mata Anna terbelalak kaget, bingung dan lemas, kenapakah gerang sang ayah sampai menangis? seberat itukah dukanya? Anna terduduk lesu, iya Ayah selama 24 tahun ini tidak pernah menitikan air mata. Tidak pernah berkeluh kesah soal luapan perasaannya, sosok yang hebat bukan? padahal dimata anak-anaknya ayah adalah sesosok orang galak, tidak berperasaan, suka marah-marah. Benarlah kalimat "Gentel man" itu ditujukkan pada Pria, iya termasuk ayah. Hatinya lembut, perasaanya lembut, tetapi pandai menyembunyikan perasaannya sendirian. Berbeda dengan wanita yang dengan mudah meluapkan isi perasaannya.
Kini tugas Anna menanyakan ke Ayah, kenapa beliau sampai menangis. Tetapi langkahnya tertahan, Anna merasa tak pantas dan malu menanyakannya (Bukankah harusnya Anna memahami beliau tanpa banyak tanya?) bukankah ayah juga ingin dimengerti?
Benar Seringkali Ayah diam dalam duka/luka/masalah/kesedihan/kepedihan, agar dia dapat terlihat berwibawa dan tidak membuat khawatir anak-istrinya. Sayangilah ayah, pahamilah ia. Dia pun adalah sesosok ciptaanNYA yang butuh dimengerti dan dipahami dengan hati.
Terimakasih kepada ayah atas semua jasa mu, kami anakmu tidak dapat membalas semua kebaikan mu. We love you Ayah, sosok sederhana yang terama membanggakan.
mynotetrip
Komentar
Posting Komentar