Keluarga saya mulai mengenal usaha, atau buka usaha sendiri itu sejak saya duduk di bangku SMP. ketika itu mama dan bapak saya menjadi pedagang kecil-kecilan disebuah sekolahan dan saya pun berinisiatif membantu mereka dengan membawa dagangan kesekolahan, saya keliling kelas-kelas pada jam istirahat. Mungkin bagi sebagian remaja hal itu memalukan, dan terkesan kampungan. Tetapi tidaj bagi saya, saya sangat menyukai kegiatan itu. Setidaknya saya belajar ilmu marketing, saya juga punya upah untuk tambahan uang saku dan lagi saya jadi banyak kenal anak-anak kelas lain. Ketika beranjak dewasa tepat nya di bangku kuliah, memang sebetulnya menjadi pengusaha itu lebih menguntungkan. Dari banyak segi, selain dapat berinovasi, berkreasi juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi sesama (bukankah itu amat mulia) apalagi dengar wejangan dari salah Satu Dosen yang jempolan (Bpk. R. Gatot) beliau mengingatkan saya, meski kamu kerja baiknya kamu punya sampingan. Jika sampingan itu tidak bisa kamu jalankan sendiri maka suruhlah orang, belajar percaya pada orang lain dan belajar ilmu Leadership. Jadi rutinitas (pekerjaan pokok) berjalan dengan baik dan usaha sampingan pun menguntungkan. Jika belum mampu membayar orang untuk menjalankan usaha kita, maka manage waktu sebaik-baiknya agar tugas tanggung jawab terhadap perusahaan tempat kita bekerja tetap berjalan dengan benar dan usaha pun tetap jalan. Karena orientasinya kelak kita pasti ingij menjadi owner, tidak ada satupun orang yang ingin terus-terusan jadi pegawai. Apalagi para wanita, mayoritas ketika menikah inginnya fokus terhadap keluarga. Maka menjadi pengusaha atau buka usaha sendiri bakal menjadi pilihan utama. Oleh karenanya nasehat dosen saya adalah sejak kini merintis usaha pribadi dan memperluas relasi dan pengetahuan dengan bekerja. Dengan begitu persiapan masa tua akan sangat-sangat terkontrol. Juga kalo jiwa sosial kita tinggi, kita akan banyak membantu orang.
Semangat jadi pengusaha....
Komentar
Posting Komentar